Jumat, 12 Mei 2017

DERITA ???

“Berakit-rakit dahulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian”

Derita adalah sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di dalam hati (seperti kesengsaran, penyakit). Penderitaan bukanlah sesuatu yang harus berlarut-larut disesali, namun merupakan suatu pendongkrak semangat untuk emncapai kebahagiaan. Segala sesuatu yang terjadi baik menyenangkan maupun menyedihkan harus tetap dijalani, rasakan sekedarnya. Bahagia boleh, tapi tidak smpai terlena dan melupakan Allah. Bersedih merupakan hal wajar yang dirasakan manusia, tetapi jangan terlalu lama berlarut.

Dalam banyak kisah, seperti kisah nabi, kisah keberhasilan seseorang tidak pernah tanpa penderitaan. Bahkan jika suatu keberhasilan tanpa penderitaan, keberhasilan itu hanyalah nisbi, yaitu keberhasilan yang dapat menimbulkan malapetaka. Namun jika keberhasilan dibarengi dengan penderitaan, maka perasaan bahagia akan semakin berasa.

Allah menguji manusia dengan derita kepada hamba-Nya agar terlihat mana hamba yang sabar dan mana hamba yang menggerutu.

“Dan, sesungguhnya, Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar diantara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS Muhammad : 31)

Baik buruknya seseorang dilihat dari ketika ia memperoleh cobaan, baik cobaan yang menyenangkan maupun cobaan yang menyedihkan. Namun cobaan yang menyenangkan lebih sulit dilewati. Karena biasanya ketika seseorang diberikan kebahagiaan, ia terlena dan lupa kepada yang memberi kebahagiaan. Berbeda apabila cobaan yang menyedihkan, bisa saja seseorang menjadi lebih taat. Misal pada waktu dhuha, mengerjakan shalat Dhuha. Ketika malam, melaksanakan sholat Tahajud, agar mendapat kemudahan dalam menghadapi masalah.

Rasulullah bersabda, “Sungguh, aku lebih khawatir jika kalian mendapat fitnah (ujian) yang menyenangkan dibanding ujian yang menyengsarakan.” (HR Tirmidzi)

“Manusia tidak jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka ia putus asa lagi putus harapan. Dan, jika kami merasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami sesudah ia ditimpa kesusahan, pastilah ia berkata, ‘ini adalah hakku, dan aku tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Jika aku dikembalikan kepada Tuhanku maka sesungguhnya, aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.’ Maka, Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab keras.” (Al Fushilat : 49-50)

“Dan, jika Kami rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu Kami cabut daripadanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak berterimakasih.” (QS Hud :9)

Bagaimana sikap kita salama ini? Apakah mampu menghadapi cobaan yang telah menimpa?

Kebanyakan dari kita lupa bersyukur ketika diberi kenikmatan dan merasa berputus asa ketika mendapat cobaan. Maka, mulai sekarang belajar untuk mensyukuri semua yang terjadi, baik nikmat yang menyenangkan maupun yang menyedihkan. Percaya bahwa dalam kebahagiaan selalu ada campur tangan dari Allah, jadi tetaplah bersyukur dan tidak sombong. Yakin bahwa setiap kesedihan pasti akan berganti dengan kemudahan. Pada setiap kesedihan-kesedihan akan muncul bersamanya hikmah yang bisa dijadikan sebagai pembelajar hidup.

“Karena sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al Insyirah : 5-6)

Setiap yang terjadi, baik maupun buruk pasti ada hikmahnya. Tugas kita adalah tawakal, sabar, dan senantiasa bersyukur. Percaya bahwa setiap kesulitan pasti ada kemudahan. Allah selalu bersama hamba-Nya dan tidak akan memberi cobaan melebihi batas kemampuan hamba-Nya.


“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan, barang siapa yang bertawakal kepada-Nya, niscaya dia akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya, Dia melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya, Dia telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs At Thalaq :2-3) wallau’alam.

“Senantiasa tersenyum dan menebarkan kebaikan”

Makhdlori, Muhammad. 2015. Mengambil Tabungan dari Langit. Yogyakarta : Sabil


Penulis        : Ika Trismiati
Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa semester 6, Teknik Informatika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta


Tidak ada komentar:

Posting Komentar