“Berakit-rakit
dahulu, berenang-renang ketepian. Bersakit-sakit dahulu bersenang-senang
kemudian”
Derita adalah
sesuatu yang menyusahkan yang ditanggung di dalam hati (seperti kesengsaran, penyakit).
Penderitaan bukanlah sesuatu yang harus berlarut-larut disesali, namun
merupakan suatu pendongkrak semangat untuk emncapai kebahagiaan. Segala sesuatu
yang terjadi baik menyenangkan maupun menyedihkan harus tetap dijalani, rasakan
sekedarnya. Bahagia boleh, tapi tidak smpai terlena dan melupakan Allah. Bersedih
merupakan hal wajar yang dirasakan manusia, tetapi jangan terlalu lama
berlarut.
Dalam banyak
kisah, seperti kisah nabi, kisah keberhasilan seseorang tidak pernah tanpa
penderitaan. Bahkan jika suatu keberhasilan tanpa penderitaan, keberhasilan itu
hanyalah nisbi, yaitu keberhasilan yang dapat menimbulkan malapetaka. Namun jika
keberhasilan dibarengi dengan penderitaan, maka perasaan bahagia akan semakin
berasa.
Allah menguji
manusia dengan derita kepada hamba-Nya agar terlihat mana hamba yang sabar dan
mana hamba yang menggerutu.

Baik buruknya
seseorang dilihat dari ketika ia memperoleh cobaan, baik cobaan yang
menyenangkan maupun cobaan yang menyedihkan. Namun cobaan yang menyenangkan
lebih sulit dilewati. Karena biasanya ketika seseorang diberikan kebahagiaan,
ia terlena dan lupa kepada yang memberi kebahagiaan. Berbeda apabila cobaan
yang menyedihkan, bisa saja seseorang menjadi lebih taat. Misal pada waktu
dhuha, mengerjakan shalat Dhuha. Ketika malam, melaksanakan sholat Tahajud,
agar mendapat kemudahan dalam menghadapi masalah.
Rasulullah
bersabda, “Sungguh, aku lebih khawatir jika kalian mendapat fitnah (ujian) yang
menyenangkan dibanding ujian yang menyengsarakan.” (HR Tirmidzi)
“Manusia tidak
jemu memohon kebaikan, dan jika mereka ditimpa malapetaka ia putus asa lagi
putus harapan. Dan, jika kami merasakan kepadanya suatu rahmat dari Kami
sesudah ia ditimpa kesusahan, pastilah ia berkata, ‘ini adalah hakku, dan aku
tidak yakin bahwa hari kiamat itu akan datang. Jika aku dikembalikan kepada
Tuhanku maka sesungguhnya, aku akan memperoleh kebaikan pada sisi-Nya.’ Maka,
Kami benar-benar akan memberitakan kepada orang-orang kafir apa yang telah
mereka kerjakan dan akan Kami rasakan kepada mereka azab keras.” (Al Fushilat :
49-50)
“Dan, jika Kami
rasakan kepada manusia suatu rahmat (nikmat) dari Kami, kemudian rahmat itu
Kami cabut daripadanya, pastilah ia menjadi putus asa lagi tidak
berterimakasih.” (QS Hud :9)
Bagaimana sikap
kita salama ini? Apakah mampu menghadapi cobaan yang telah menimpa?

“Karena sesungguhnya,
sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya, sesudah kesulitan itu ada
kemudahan.” (QS. Al Insyirah : 5-6)
Setiap yang
terjadi, baik maupun buruk pasti ada hikmahnya. Tugas kita adalah tawakal,
sabar, dan senantiasa bersyukur. Percaya bahwa setiap kesulitan pasti ada
kemudahan. Allah selalu bersama hamba-Nya dan tidak akan memberi cobaan
melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
“Barang siapa
bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar dan
memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan, barang siapa
yang bertawakal kepada-Nya, niscaya dia akan mencukupkan (keperluan) nya. Sesungguhnya,
Dia melaksanakan urusan yang (dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya, Dia telah
mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.” (Qs At Thalaq :2-3) wallau’alam.
“Senantiasa tersenyum dan menebarkan kebaikan”
Makhdlori,
Muhammad. 2015. Mengambil Tabungan dari Langit. Yogyakarta : Sabil
Penulis : Ika Trismiati
Anak asuh Yayasan
Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa
semester 6, Teknik Informatika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar