Rabu, 19 April 2017

MENGUCAP ALHAMDULILLAH

Alhamdulillah….

Hamdalah merupakan suatu kalimat syukur yang dipanjatkan kepada Allah SWT. Ucapan ini merupakan berwakilan dari perasaan bersyukur atas segala sesuatu yang telah ditetapkan oleh Allah SWT.

Allah telah menciptakan manusia sebagai makhluk yang sempurna. Manusia memiliki akal dan juga hati nurani. Manusia bisa dengan gratis menghirup oksigen untuk bernafas, kemampuan bergerak, berbicara, bahagia, sedih, dan lainnya. Manusia harus menyadari bahwa ia memerlukan Allah dalam segala hal. Namun banyak diantara kita yang tidak menyadari ini dan menganggap segala sesuatu terjadi begitu saja serta berbagai pencapaian memang karena jerih payahnya, bukan karena Allah. Padahal anggapan ini jelaslah tidak benar, karena segala sesuatu telah diatur oleh Allah, sehingga kita harus mensyukuri nikmat-Nya.

Dibalik rasa syukur (dengan mengucapkan alhamdulillah) sebenarnya memiliki keistimewaan. Tidak hanya kenikmatan dunia, rasa syukur yang dipanjatkan juga akan mendapat kenikmatan di akhirat. Orang-orang yang beriman dan selalu bersyukur akan mampu melihat sisi kebaikan dari setiap peristiwa maupun penderitaan yang dialami.

“Hai orang-orang yang beriman, makanlah diantara rizqi yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah.” (QS. Al Baqarah : 172)

“Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.” (QS. Al Baqarah :152)

“…Dan, barangsiapa yang bersyukur, maka sesungguhnya ia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia.” (QS. An-Naml : 40)

“Dan, (ingatlah pula) tatkala Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya, jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim : 7)

Apakah kita sudah mensyukuri segala nikmat yang telah Allah limpahkan kepada kita? Semua yang kita punya hanyalah titipan dari Allah dan ada karena atas izin Allah. Oleh karenanya alangkah baiknya jika selalu bersyukur, mengucap alhamdulillah untuk segala yang kita miliki dan capaian yang kita dapat.

Salah satu keistimewaan orang yang selalu bersyukur atau mengucapkan alhamdulillah atas apa yang ia alami, maka dijaminkan untuknya kenikmatan di dunia maupun di akhirat. Sebagaimana kita ketahui, nikmat yang telah diberikan oleh Allah kepada semua hamba dan makhluk-Nya begitu berlimpah dan tidak dapat dihitung.

“Seandainya dunia berikut isinya berada ditangan seseorang dari umatku, kemudian ia mengucap alhamdulillah (bersyukur), niscaya kalimat yang ia ucapkan itu lebih baik dari dunia dan isinya.” (HR. Anas as)

Maksud hadits diatas menurut Imam Qurthubi adalah bahwa ilham, petunjuk serta kenikmatan alhamdulillah (rasa syukur) lebih baik daripada nikmat dunia dan seisinya. Sebab, pahala alhamdulillah tidak akan pernah hilang. Akan tetapi, nikmat dunia pasti akan hilang, rusak dan habis.

Ibnul Qayyim al-Jauziyah merumuskan tiga faktor yang harus ada dalam konteks syukur yang benar, yaitu (1) dengan lisan dalam bentuk pengakuan dan pujian, (2) dengan hati dalam bentuk kesaksian dan kecintaan, (3) serta dengan seluruh anggota tubuh dalam bentuk amal perbuatan.


Untuk bersyukur dapat dari hal-hal seperti nikmat iman, sehat, penghidupan (harta), ilmu, anak, waktu luang, ketenangan, dan lainnnya. Sekecil apapun yang ada, yang didapatkan usahakan untuk mensyukurinya. Selain itu, melihat orang yang berada dibawah kita juga dapat menimbulkan perasaan bersyukur. Dengan semua ini, kita dapat mensyukuri segala nikmat yang diberikan Allah SWT kepada kita, makhluk-Nya. wallau’alam.

“Senantiasa tersenyum dan menebarkan kebaikan”

Sa’du, Abdul Aziz. 2015. Jangan Remehkan Amalan-Amalan Ringan!. Yogyakarta : Sabil

Penulis        : Ika Trismiati
Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa semester 6, Teknik Informatika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta




SHALAT DI AWAL WAKTU

Rasulullah SAW bersabda, “Seutama-utamanya amal adalah shalat pada awal waktunya.

Shalat tepat waktu berasal adri penafsiran para ulama tentang “ash shalatu ‘ala waqtiha” (shalat pada waktunya) sebagai salah satu amalan yang paling dicintai oleh Allah SWT. didalam Al-Qur’an dan Hadist tidak menjelaskan “shalat pada waktunya” secara eksplisit, namun hal ini tidak menjadi pembenaran untuk menunda-nunda pelaksanaan shalat.

“Amalan yang paling dicintai Allah SWT adalah shalat pada waktunya, berbakti kepada orang tua, dan jihad di jalan Allah SWT.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Nabi Muhammad SAW menyebutkan “shalat pada waktunya” karena memang shalat wajib 5 waktu pada Islam telah ditentukan waktunya.

“Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS. An Nisa : 103)

Shalat diawal waktu menunjukkan keiman dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Merasa cinta kepada Allah dan rindu ingin bertemu dengan Dia. Menjadikan shalat sebagai kebutuhan untuk berkomunikasi dengan Allah. Untuk bersyukur, memohon perlindungan, pertolongan, bertaubat, serta komunikasi lainnya. Oleh karena menganggap sebagai kebutuhan, maka kita harus menyegerakan shalat, shalat diawal waktu. Sekaligus sebagai bukti kecintaan dan kerinduan kepada Allah SWT.

Selain itu, dengan menyegerakan shalat di awal waktu, seorang mukmin berarti menunjukkan ingin segera diampuni dosa-dosanya.

“Sesungguh shalat lima waktu itu menghilangkan dosa-dosa sebagaimana air menghilangkan kotoran.” (HR. Muslim)

Nah, lalu bagaimana dengan shalat kita selama ini? Apakah di awal waktu, di pertengahan wahtu atau bahkan ketika waktu shalat akan segera habis. Jika sudah berada dilevel “awal waktu”, pertahankanlah. Jika masih “dipertengahan”, coba rajinkan sedikit lagi agar bisa di awal waktu. Namun jika “di akhir waktu”, kita wajib introspeksi diri. Apa yang membuat kita sibuk? Urusan dunia? Urusan dunia jika diurusi terus tidak aka nada habisnya. Sedangkan kita tahu dunia itu hanya tempat persinggahan sementara, yang abadi adalah di akhirat. Lalu jika jelas-jelas seperti itu, mengapa kita menunda-nunda kewajiban yang nanti pahalanya akan kita bawa dan di pertanggungjawabkan untuk mendapat balasan dialam akhirat?

Jika ada teman yang memanggil untuk pergi main, kita langsung beranjak, mengapa mendapat pangilan dari Sang Maha Pencipta malah ditunda-tunda? Hal yang sebaiknya kita lakukan adalah lebih mendekatkan diri kepada Allah, membutuhkan Allah dan Allah segalanya. Dengan begitu kita akan selalu memprioritaskan Allah dalam keadaan apapun. Sesibuk apapun, jika sudah masuk waktu shalat, sebaiklah langsung bergegas mengambil air wudhu dan shalat.

Keutamaan terbesar jika shalat diawal waktu adalah masuk surga. Salah satu hal rahasia penting shalat diawal waktu adalah keteraturan hidup dengan tolak ukur agama dan tidak lalai kepada Allah SWT. Karena sesibuk apapun urusan dunia, kita harus tetap mendahulukan Allah. Shalat tepat waktu merupakan cerminan dari kesuksesan rohani seorang muslim, selain itu shalat diawal waktu juga merupakan penggugur dosa-dosa yang telah dilakukan bagaikan gugurnya daun kering dari ranting pohonnya. Shalat juga menjadi solusi atas berbagai permasalahan sekaligus pengundang datangnya rizqi dan kehidupan yang penuh berkah.

Diriwayatkan oleh Abu Daud adari Abu Qatadah bin Rib’iy mengabarkan bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Allah SWT berfirman, ‘Sesungguhnya Aku mewajibkan umatku shalat lima waktu dan aku berjanji bahwa barangsiapa yang menjaga waktu-waktuny pasti Aku akan memasukkannya kedalam surga, dan barangsiapa yang tidak menjaganya maka dia tidak mendapatkan apa yang aku janjikan.’ ”

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya awal waktu itu adalah sebuah keutamaan, oleh karena itu laksanakanlah secepatnya pekerjaan baikmu selagi kamu mampu.” (Imam Bagir)

”Sesungguhnya keutamaan yang ada di awal waktu dibandingkan akhirnya lebih baik bagi seorang mukmin dari anak-ananya dan hartanya.” (Imam Shodiq)

“Keutamaan awal waktu atas akhirnya sebagaimana keutamaan akhirat terhadap dunia.” (Imam Shodiq)

“Seorang yang mengaku dirinya haq(Syiah) dapat diketahui dengan tiga perkara, tiga perkara itu adalah (1)dengan pertolongannya, siapkah mereka, (2)dengan shalatnya, bagaimana dan kapan ia melaksanakannya, (3)jika ia memiliki kekayaan, ia akan teliti dimana dan kapan akan ia keluarkan.” (Imam Shodiq)



“Shalat-shalat wajib yang dilaksanakan pada awal waktu dan syarat-syaratnya dijaga, hal ini lebih wangi dari bunga melati yang baru dipetik dari tangkainya, dari sisi kesucian, keharuman, dan kesegaran. Dengan demikian maka berbahagialah bagi kalian yang melaksanakan perintah shalat diawal waktu.” (Imam Musa bin Jakfar) wallau’alam.

“Senantiasa tersenyum dan menebarkan kebaikan”

Syarief, Nashruddin. 2007. Meraih Fadhillah Ibadah Sunnah Bersama Rasulullah SAW. Jakarta :ALIFBATA
www.duniaislam.org

Penulis        : Ika Trismiati
Anak asuh Yayasan Kemaslahatan Umat Yogyakarta
Mahasiswa semester 6, Teknik Informatika, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta